Senin, 04 Juni 2012

Metodologi Kuantitatif dalam Penelitian Sosial

Volume 2, Nomor 3, Juni 2009 ISSN: 1979 – 0899XX

Metodologi Kuantitatif dalam Penelitian Sosial
Oleh: Anis Feblin1
Abstract
In many cases, qualitative and q uantitative researches are different, although there are a lot of alikeness too, complementing to each other. All of social researchers have systematically collected and analyzed empirical data and carefully examined their patterns in order to understand and explain social life. Differences between qualitative and q uantitative life can create confusion among students, researchers, and readers of research reports. Those who appraise qualitative research by means of q uantitative research standards often get dissappointed, and such is the case with the contrary one. It is the best to appraise each of the styles. To appraise their respective strengths, it is very important to understand differences of researchers’ orientation. One of differences between the two styles derives from the existing data characteristics. Soft data take form of impressions, words, sentences, photos, symbols, and so on, dictating research strategies and techniq ue of data collection that is different compared to hard data, taking form of numbers. Another difference is that researchers qualitatively and quantitatively have varied assumptions on social life and different objectives. The difference can make tools used by other forces become unsuitable and irrelevant to others.
Key words: Quantitative, qualitative, research design
Pendahuluan
Metodologi kuantitatif mendasarkan pada filosofi positivistik atau naturalistik (fenomenologi). Selama lebih dari satu abad, struktur, proses dan latar belakangnya menawarkan dasar untuk pengembangan dan praktek standar metode ilmu sosial. Sejalan dengan hal di atas, standar tersebut membentuk prinsip‐prinsip teoritikal dari penelitian kuantitatif. Biasanya bersifat deduktif, positivistik, obyektif, dan “bebas nilai”. Secara ringkas prinsip‐prinsip tersebut adalah sebagai berikut:
 Realitas adalah obyektif, sederhana dan positif serta terdiri dari kesan indrawi; terdapat satu realitas secara alamiah, satu kebenaran.
 Manusia ditentukan oleh dunia sosialnya dalam cara yang sama dimana dunia naturalistik diatur dengan hukum tetap; manusia berhubungan dengan pola tetap yang secara empiris dapat diamati. Tugas ahli sosiologi adalah menemukan hukum ilmiah yang menjelaskan perilaku manusia.
 Fakta harus dijaga terpisah dari nilai; ilmuwan sosial tidak boleh membuat penilaian atas nilai.
 Ilmu alam dan sosial memberikan prinsip logika dan metodologi yang sama. Ilmuwan sosial dapat menggunakan metode ilmu fisika.
 Metafisika, alasan filosofi dan spekulasi merupakan ilusi; tidak dapat menawarkan data yang reliabel dan valid, mereka tidak memiliki relevansi empiris, dan tidak mempergunakan prosedur jelas yang dapat menghasilkan pengulangan serta pengujian kembali.

1 Dosen Tetap Program Studi Ekonomi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Baturaja

more in pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar