Volume 3, No. 5, Juni 2010 ISSN: 1979–0899X
Panggung Politik dan Komunikasi Politik DPR RI Periode 1999-2004
Oleh: Lely Arrianie
“Perang itu adalah politik berdarah dan politik itu adalah perang tak berdarah”
AbstractPanggung Politik dan Komunikasi Politik DPR RI Periode 1999-2004
Oleh: Lely Arrianie
“Perang itu adalah politik berdarah dan politik itu adalah perang tak berdarah”
Most of House of Representative (DPR) members for 1999-2004 period are members since 1997. They experience reformation era when Soeharto was demoted and Abdurrahman Wahid (Gus Dur) resigned. It was a full of debate and violence period, wrapped by political messages. People hope reformation bring wind of change and politician in House of Representative make people get involved in political communication in House of Representative. Will politics change? Will the politician change too?
Key words: Reformation, political communication
Pendahuluan
Suasana reformasi telah memberikan dampak luar biasa terutama dalam kehidupan perpolitikan di tanah air. Kebungkaman yang terbelenggu selama tiga puluh dua tahun pemerintahan Orde Baru yang represif terlepas sudah, dari rakyat secara pribadi, kelompok kepentingan serta organisasi massa, pemuda mahasiswa maupun organisasi partai politik serta merta meneriakkan aspirasi, tuntutan dan agenda mereka ke panggung-panggung politik.
Asosiasi Parlemen Indonesia (API) melaporkan melalui Panduan Parlemen Indonesia bahwa, fenomena yang terlihat dari banyaknya tuntutan masyarakat yang diajukan ke dewan tidak terlepas dari langkah awal demokratisasi di Indonesia. Pemilu 1999 yang relatif dianggap sebagai pemilu paling fair sepanjang sejarah perpolitikan Indonesia setelah pemilu 1955, dan dianggap telah melahirkan institusi pemerintahan paling legitimate.
Kehadiran politisi di panggung politik DPR RI juga di apresiasi dengan beragam argumen, sama seperti politisi lain yang manggung di panggung politik di daerah-daerah, wajah-wajah baru menghiasi teater politik dan melakonkan adegan politik dengan intensitas dan kegamangan politik yang beragam pula.
Sementara rakyat menanti hasil kerja mereka dengan antusiasme yang relatif besar, banyaknya aspirasi dan tingginya ekspektasi rakyat terhadap dewan merefleksikan peran lembaga legislatif sebagai dokter ahli yang harus dapat segera menyembuhkan berbagai macam penyakit pasien. Tingginya ekspektasi rakyat tentu harus diimbangi dengan kinerja anggota dewan yang perlu di dukung oleh para experts, yang terdiri atas para peneliti yang handal dalam bidangnya, karena anggota dewan bukanlah kumpulan orang yang serba tahu, yang selalu menguasai seluruh permasalahan rakyat, pemerintahan dan kenegaraan (Panduan Parlemen Indonesia, 2001:476).
Di sisi lain, berdasarkan hasil penelitian tergambar bahwa harapan rakyat terhadap anggota dewan ternyata telah diapresiasi secara berlebihan oleh kebanyakan anggota dewan. Tampilan politisi yang memukau tidak hanya diperlihatkan dengan simbol keanggotaan yang
Dosen Komunikasi FISIP Universitas Bengkulu, Doktor Ilmu Komunikasi UNPAD
more in pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar